Laporkan Penyalahgunaan

Label

Langsung ke konten utama

Belajar menulis hari kedua: Perempuan Hebat


Aku cucu perempuan pertama untuk keluarga ibu dan bapakku yang kehadirannya sangat dinantikan dan menjadi kebanggaan mereka. Sejak kecil aku penuh limpahan kasih sayang. Seluruh anggota keluarga besar selalu menimang dan mengajakku berbicara. Katanya, aku kecil tidak cadel. Mereka menyayangiku yang menggemaskan tapi sedikit khawatir karena aku pernah mengalami step dua kali dalam waktu satu tahun. Ibuku tidak panik dan tahu apa yang harus dilakukan untuk merawatku.  Suntik vaksin meningitis sejak kecil, menjaga pola hidup sehat. Walaupun aku kecil mengkhawatirkan, ibu tidak melarangku untuk bermain dimanapun. Mungkin ibu terpengaruhi slogan iklan, berani kotor itu baik. Aku punya banyak teman di seluruh pelosok daerah dan bergaul dengan siapapun.

Sejak kecil ibu mendidik aku dan adik sangat keras. Hak akan diberikan setelah tugas dan kewajiban dilakukan. Mau beli sesuatu ya harus usaha. Gak punya uang? Yuk jualan apa yang bisa dibuat dan dijual lalu uangnya dikumpulkan untuk membelinya. Aku belajar mengatur uang dari ibu. Hal pertama jika punya uang adalah ditabung. Jangan lupa sisihkan untuk sedekah selanjutnya belanja untuk kebutuhan sehari-sehari dengan harga diskon. Untuk masalah tugas, ibu selalu bilang; “kamu tuh cewek. Kalau bangun tidur harus sebelum shubuh. Cuci muka, sapu rumah, sholat shubuh, masak. Kalau udah beres boleh main hape atau tidur lagi. Belajar cuci baju sendiri. Jangan make mesin cuci biar belajar nyucinya bersih. Ngeliat pakaian bersih numpuk langsung setrika terus belajar nata di lemari. Ada debu di meja langsung di lap, biar gak malu kalo ada tamu.” Sebelum pekerjaan rumah selesai, aku dan adik tidak boleh pergi main. Boleh main tapi tidak lebih dari 3 jam. Jam 9 malam belum ada di rumah, ibu dan bapak beredar mencariku tapi lebih seringnya pagar dan pintu rumah dikunci lalu aku memanjat pohon mangga di sebelah rumah.

Aku tumbuh menjadi anak yang memiliki jiwa sosial tinggi,ceria, percaya diri, dan mudah bergaul. Melihat berkembanganku yang baik, keluargaku selalu mendukung apapun yang aku lakukan, walaupun ujung-ujungnya sakit demam 3 hari karena kegiatan terlalur diporsir. Ibu marah? tentu tidak. Kata ibu; “biarin aja. Sakit ya tinggal di obatin. Kan biar tau sendiri kalo kecapean pasti sakit. Biar belajar, biar mikir, biar bisa ngatur diri sendiri.” Dari kecil keluargaku menerapkan pola pengasuhan bebas dan bertanggungjawab. Masa-masa emasku sangat mengesankan penuh dengan kebahagiaan.

Ibu dan bapak berpisah ketika aku kelas 3 SMP. Perang dunia ketiga akhirnya tumpah, dua keluarga besar saling menyerang. aku sedih? Tentu saja tidak. Saat itu aku bilang: “Buk, kalau mau pisah ya gapapa pisah aja. Toh kalian nikah kan gak minta persetujuan aku. Itukan berarti kesepakatan dan keputusan kalian baik dan buruknya gimana. Aku malah terganggu kalau kalian maksain bareng tapi setiap hari berantem terus. Aku sama adik gak sedih. Kita masih bisa main, masih punya keluarga besar ibu yang sayang sama kita.” Sejak kejadian itu, aku gak pernah tau bapak tinggal dimana sekarang. Seluruh keluarga besarnya pun mengacuhkan aku dan adik. Aku tidak marah. Aku masih menganggap mereka keluargaku. Kita saling membutuhkan suatu saat nanti.

Babak baru dalam hidupku. Ibu bertugas menjadi kepala keluarga, bekerja untuk menghidupi kita. Adikku ikut membantu dengan caranya. Aku bertugas menjaga rumah agar tetap rapi, bersih, dan bisa makan 3 kali sehari dengan bahan yang tersedia. Ekonomi kita krisis, batinku bahagia hidup seperti ini. Serba cukup, saling mengerti, bahu-membahu menguatkan dan menjaga. Aku sangat bersyukur pernah berada di posisi ini. Aku melihat mana keluarga dan kolega yang benar menyayangiku, mana yang hanya baik sesaat. Dari kondisi ini aku belajar untuk selalu bersyukur, tidak pantang menyerah, membangun mental dan melatih kemampuanku berpikir lebih dewasa.

Ibu pernah bilang kalau tidak mampu menyekolahkanku ke SMA, dan aku berkata; “kalau memang gak bisa gapapa bu. Belajar bisa darimana aja.” Mendengar hal ini, ibu mana yang tega. Ibu bekerja lebih giat dan kantornya memberikan beasiswa untukku.

Tiga tahun kita membangun bersama ekonomi mulai stabil. Kulkas di rumah sudah bisa menyimpan stok ayam dan ikan. Aku melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya. Ibu mengizinkan aku merantau ke Bandung karena percaya mampu menjaga diri. Sedangkan adikku lebih memilih bekerja karena dia tidak mau pusing mengerjakan tugas kuliah.

Selama merantau aku membangun relasi yang baik dengan siapapun. Semester 3 hingga lulus kuliah, aku membiayainya sendiri. Kalau ibu kasih uang, aku tabung. Hidup mandiri tidak sulit apalagi menyedihkan. Aku berterimakasih menjadi anak ibu. Walaupun didikan ibu keras, tapi aku suka. Coba kalau dulu aku di manja, mungkin aku sekarang selalu mengandalkan orangtuaku untuk memenuhi segala kebutuhan.

Ibuku hebat. Beliau lah yang berhasil, bukan aku. Memiliki keluarga yang bahagia menjadi faktor penting saat masa anak-anak untuk membangun karakter baik yang diharapkan. Beranjak remaja, ibu menjadi teman untukku. beliau tidak otoriter karena paham anak butuh teman untuk di ajak berdiskusi. Di masa sulit, ibu mencontohkan untuk bekerja keras, tidak mudah mengadahkan tangan, dan tidak cengeng. Ketika memasuki dewasa awal, yang ibu pinta adalah belajar sejauh-jauhnya dan menghabiskan masa muda sebaik mungkin. Ibu dan keluarga besarnya tidak menuntutku menikah cepat. Kata ibu, untuk menjadi seorang ibu harus siap segalanya. Nantinya aku akan sibuk mengurus keluarga dengan baik. bagaimana bisa kalau kurang pendidikan dan tidak melihat perkembangan zaman?

Walaupun saat ini hubungan aku dan ibu tidak baik-baik saja, aku selalu berdoa agar ibu sehat dan bahagia selalu. Ini bukan salah ibu, aku yang membangkang. Aku yang memilih jalanku sendiri. Jauh dari ibu, membuat aku untuk yakin mengambil keputusan sendiri.  Sekali lagi terima kasih telah menyiapkan aku sejauh ini. Setelah selesai, aku akan pulang dan menjadi anak manis kebanggaan ibu. 


 

hi! aku Ocin Atrian. hari ini pekerjaanku adalah seorang guru, penari, dan penata make up. Beberapa postingan mengenai "Kimia" adalah murni milikku. hmmm, btw aku sarjana kimia gais heuheu

Komentar