Laporkan Penyalahgunaan

Label

Langsung ke konten utama

Belajar menulis hari keempat: Kerak Membandel


Hari ini aku malas mandi. Aku memang susah disuruh mandi, tapi kali ini beda. Kamar mandinya sangat kotor. Aku bukan sok bersih, terkadang aku tidak rapi menyimpan barang dan sering abai menjaga kebersihan. Ini karena pemandangan di kamar mandi sangat mengganggu yang menyebabkan aku sulit berkonsentrasi mengguyur tubuh. Dengan berat hati, aku pakai lagi baju dan mulai menyikat. Lantainya coklat dan berkerak. Klosetnya menjijikan. Gayung dan ember berlumut. Ku awali dengan membersihkan ember dan gayung.

Kalau dipikir-pikir, semua benda di kamar mandi ini tidak sinkron. Ada empat ember dan gayung semuanya beda warna. Lantainya berwarna merah dan temboknya berwarna putih. Gado-gado. Sekarang saatnya menyikat lantai. Tangan kananku pegal. Aku harus fokus menggunakan tangan kiri.

Nodanya susah sekali hilang. Kesal. Aku jadi ingat temanku yang yang menyebalkan. Sebenarnya dia tidak jahat. Hanya ada kebiasaan buruk yang mengerak di dirinya. Kita berteman hampir sepuluh tahun. Tentu aku sudah hapal tabiatnya.

Sebut saja dia Mae. Aku dan Mae selalu bersama kemanapun. Suatu hari kita berencana menghadiri pesta ulangtahun. “Ma, besok abis magrib berangkat ya. Biar gak malu kalo dateng telat.” Dengan ekspresi datar Mae menjawab: “iya. Ntar lu gua jemput.” Keesokan harinya. Sejak sore aku sudah sibuk memilih baju, menata rambut dan berias. Pukul 18.15 aku sudah siap. Aku telepon Mae khawatir ketiduran atau bahkan lupa. 17 panggilan tidak dijawab, pesan singkat tidak dibaca. Mae kemana? karena takut telat, aku mengeluarkan sepeda motor. Baru saja menyalakan, Mae menelpon. “Eh sumpah sorry gue ketiduran. Lu udah siap belum? Gue ga mandi langsung otw nih.” Sejenak menghela napas dan berkata iya. Kejadian ini bukan yang pertama kali.

Dalam perjalanan aku tak henti meracau. “mau sampe kapan gini terus Ma? Cape tau gue nungguin elu. Bukannya apa nih, nanti kalo lu kerja gimana? Mau disiram air terus sama emak lu? Gue telponin berkali-kali aja lu gak bangun. Sekali aja lu gak telat. Gak make alesan jalan macet. Gue udah siap elu bilang otw. Gue juga tau itu otw mandi bukan otw berangkat.” Kalau sudah gini, Mae hanya bilang iya dan maaf.

Seminggu kemudian kita berencana jalan-jalan sore. Sejak pagi hari aku sudah memperingatkan Mae untuk tidak telat. Siang hari aku menelpon Mae untuk memastikan dia sudah siap-siap. Setidaknya ada kemajuan, Mae hanya terlambat 5 menit.

Bertahun-tahun aku habiskan tenagaku untuk mengingatkan Mae agar tepat waktu. Akhirnya Mae bisa bahkan datang sebelum waktunya. Aku senang, tenagaku terbayarkan dengan sikap Mae yang berubah jadi lebih baik.

Aku bisa mandi dengan tenang. Seluruh noda yang mengerak sudah hilang. Kamar mandi ini akhirnya sangat nyaman digunakan.   


 

hi! aku Ocin Atrian. hari ini pekerjaanku adalah seorang guru, penari, dan penata make up. Beberapa postingan mengenai "Kimia" adalah murni milikku. hmmm, btw aku sarjana kimia gais heuheu

Komentar