Hari ini aku malas mandi. Aku memang susah disuruh mandi,
tapi kali ini beda. Kamar mandinya sangat kotor. Aku bukan sok bersih, terkadang
aku tidak rapi menyimpan barang dan sering abai menjaga kebersihan. Ini karena
pemandangan di kamar mandi sangat mengganggu yang menyebabkan aku sulit berkonsentrasi
mengguyur tubuh. Dengan berat hati, aku pakai lagi baju dan mulai menyikat.
Lantainya coklat dan berkerak. Klosetnya menjijikan. Gayung dan ember berlumut.
Ku awali dengan membersihkan ember dan gayung.
Kalau dipikir-pikir, semua benda di kamar mandi ini tidak
sinkron. Ada empat ember dan gayung semuanya beda warna. Lantainya berwarna
merah dan temboknya berwarna putih. Gado-gado. Sekarang saatnya menyikat
lantai. Tangan kananku pegal. Aku harus fokus menggunakan tangan kiri.
Nodanya susah sekali hilang. Kesal. Aku jadi ingat temanku
yang yang menyebalkan. Sebenarnya dia tidak jahat. Hanya ada kebiasaan buruk
yang mengerak di dirinya. Kita berteman hampir sepuluh tahun. Tentu aku sudah
hapal tabiatnya.
Sebut saja dia Mae. Aku dan Mae selalu bersama kemanapun.
Suatu hari kita berencana menghadiri pesta ulangtahun. “Ma, besok abis magrib
berangkat ya. Biar gak malu kalo dateng telat.” Dengan ekspresi datar Mae
menjawab: “iya. Ntar lu gua jemput.” Keesokan harinya. Sejak sore aku sudah
sibuk memilih baju, menata rambut dan berias. Pukul 18.15 aku sudah siap. Aku
telepon Mae khawatir ketiduran atau bahkan lupa. 17 panggilan tidak dijawab,
pesan singkat tidak dibaca. Mae kemana? karena takut telat, aku mengeluarkan
sepeda motor. Baru saja menyalakan, Mae menelpon. “Eh sumpah sorry gue
ketiduran. Lu udah siap belum? Gue ga mandi langsung otw nih.” Sejenak menghela
napas dan berkata iya. Kejadian ini bukan yang pertama kali.
Dalam perjalanan aku tak henti meracau. “mau sampe kapan
gini terus Ma? Cape tau gue nungguin elu. Bukannya apa nih, nanti kalo lu kerja
gimana? Mau disiram air terus sama emak lu? Gue telponin berkali-kali aja lu
gak bangun. Sekali aja lu gak telat. Gak make alesan jalan macet. Gue udah siap
elu bilang otw. Gue juga tau itu otw mandi bukan otw berangkat.” Kalau sudah
gini, Mae hanya bilang iya dan maaf.
Seminggu kemudian kita berencana jalan-jalan sore. Sejak
pagi hari aku sudah memperingatkan Mae untuk tidak telat. Siang hari aku
menelpon Mae untuk memastikan dia sudah siap-siap. Setidaknya ada kemajuan, Mae
hanya terlambat 5 menit.
Bertahun-tahun aku habiskan tenagaku untuk mengingatkan Mae
agar tepat waktu. Akhirnya Mae bisa bahkan datang sebelum waktunya. Aku senang,
tenagaku terbayarkan dengan sikap Mae yang berubah jadi lebih baik.
Aku bisa mandi dengan tenang. Seluruh noda yang mengerak
sudah hilang. Kamar mandi ini akhirnya sangat nyaman digunakan.
Komentar
Posting Komentar