Laporkan Penyalahgunaan

Label

Langsung ke konten utama

ANALISIS ABU-LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN


ANALISIS ABU

 

A.    TUJUAN

1.      Menganalisa kadar abu dengan metode pengabuan

2.      Menentukan berat abu yang di dapat

3.      Menentukan % abu yang di dapat

 

B.     PRINSIP DASAR

Untuk menganalisa kadar abu dari sebuah sampel  bahan makanan bisa dilakukakn dengan 2 cara, yaitu dengan pengabuan kering dan pengabuan basah. Pengabuan kering memiliki prinsip dengan mengabukan sampel secara langsung dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu sekitar 500-6000C. Sedangkan pengabuan basah dilakukan secara tidak langsung dengan didasarkan pada penambahan reagen kimia tertentu ke dalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Digunakan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik dengan suhu rendah untuk menghindari kehilangan mineral akibat penguapan.

 

C.    CARA KERJA

1.      Analisi Abu

Siapkan cawan pengabuan, kemudian bakar dalam tanur, dinginkan dalam desikator dan timbang. Kemudian sampel yang ada dalam cawan dibakar pada pembakar gas sampaiasapnya habis. Timbang sebanyak 3-5 gram sampel dalam cawan tersebut, kemudian letakan dalam tanur pengabuan, bakar sampai di dapat abu berwarna abu-abu atau sampai beratnya tetap. Pengabuan dilakukan dalam dua tahap, pertama pada suhu sekitar 400ᴼC dan kedua pada suhu 550ᴼC. Dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang

 

 

 

2.      Pengabuan Kering

Timbang sampel di dalam cawan silika. Panaskan pada pembakar burner dengan api sedang. kemudian pindahkan cawan ke dalam tanur. Panaskan pada suhu 300ᴼC, naikan suhu sampai 420ᴼC. Ambil cawan lalu dinginkan terus ditambahkan HNO pekat habis itu di uapkan kemudian masukan ke dalam tanur trus di dinginkan, catat berat abu.

Cawan ditutup dengan gelas arloji, ditambahkan 50ml HCL encer lalu dipanaskan di atas waterbath selama 30 menit setelah itu angkat tutup trus dibilas. Dilanjutkan pemanasan selama 30 menit terus ditambahkan 10ml HCL dan air lalu saring.

 

 

D.    HASIL PENGAMATAN

Perlakuan

Pengamatan

A.    Preparasi cawan porselen

 

-          Cawan porselen dibersihkan dan dikeringkan menggunakan oven

-          Cawan porselen bersih dan kering

-          Cawan porselen ditimbang dengan menggunakan neraca analitik

-          Massa cawan porselen= 42,3390 gram

-          Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama 1jam pada suhu 105ᴼC

-          Cawan porselen lebih kering

-          Cawan porselen di dinginkan pada desikator selama 10menit

-          Cawan porselen dingin

-          Cawan porselen ditimbang menggunakan neraca analitik

-          Massa cawan porselen= 41,3366 gram

-          Cawan porselen di oven kembali pada suhu 105ᴼC selama 20menit kemudian di dinginkan dan ditimbang samapi berat konstan

-          Massa cawan porselen=42,3416 gram

 

-          Dicatat berat konstan cawan porselen

-          Berat konstan cawan porselen= 42,3416 gram

B.     Pengabuan kering

 

-          Sampel nasi Sebanyak 5 gram menggunakan neraca analitik dalam cawan porselen

-          Massa cawan porselen + nasi= 47,3271 gram

-          Massa nasi sebenarnya= 5,0155 gram

-          Cawan + sampel dikeringkan dalam oven 105ᴼC selama 15 menit, kemudian di dinginkan

-          Sampel menjadi lebih kering

-          Cawan + sampel dikeringkan di dalm furnace pada suhu 500ᴼC selama 3 jam

-          Sampel menjadi berwarna hitam

-          Cawan + sampel di dinginkan pada desikator

-          Sampel menjadi dingin berwarna hitam (residu)

-          Cawan + sampel ditimbang

-          Massa cawan + residu= 42,3811 gram

-          Massa residu sebenarnya= 0,0421 gram

 

TABEL DATA

W cawan kosong

W cawan + sampel

W cawan + residu

W sampel kering

42,3390 gram

47,3217 gram

42,3811 gram

0,0421 gram

 

E.     PENGOLAHAN DATA

 

1.      BERAT ABU

W  = (berat cawan+residu) – (berat cawan kosong)

      = ( 42,3811 gram ) – (42,3390 gram )

      = 0,0421 gram

 

2.      % ABU

%   =

 

      =

 

      = 0,8393%

 

F.     PEMBAHASAN

Unsur mineral dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak. Karena itulah disebut abu. Abu merupakan residu organik dari hasil pembakaran atau hasil oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu memiliki hubungan tersendiri dengan kandungan mineral suatu bahan.

Kadar abu dari suatu bahan biasanya menunjukan kadar mineral, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.  Kadar abu yang dihasilkan dari sumber protein hewani maupun nabati pun akan memiliki hasil yang berbeda pula.d

Tujuan dari praktikum kali ini untuk menentukan kadar abu yang diperoleh dari suatu sampel. Kali ini digunakan tempe sebagai sampelnya. Mula-mula tempe di haluskan terlebih dahulu dan ditimbang sebanyak 5 gram. Hal ini untuk mempermudah proses pengabuan. Alat yang digunakan yaitu furnace yang mampu memijarkan suhu sampai 5500C. Furnace digunakan karena suhunya dapat diatur  sesuai dengan suhu yang telah ditetapkan untuk proses pengabuan.

Mula-mula berat sampel dengan cawan sebelum pemanasan yaitu 47,3217 gram. Setelah dilakukan pemanasan pada suhu 5500C beratnya turun menjadi 42,3811 gram. Hal ini membuktikan bahwa air dan segala zat organik yang terkandung habis teroksidasi dengan suhu tersebut.

Analisis gravimetri merupakan bagian analisis kuantitatif untuk menetukan jumlah zat berdasarkan pada penimbangan dari hasil reaksi setelah bahan/analit yang dihasilkan diperlakukan terhadap pereaksi tertentu. Dari hasil analisis gravimetri didapatkan berat abu sebesar 0,0421 gram atau sekitar 0,8393%.

Pengabuan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara basah dan cara kering. Kedua cara tersebut dilakukan sesuai dengankondisi dan siat dari sampel yang akan di analisis. Beberapa kelemahan dan kelebihan pengabuan secara langsung yaitu;

1.      Digunakan untuk penetuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian, serta digunakan untuk sampel yang relatif banyak.

2.      Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, serta abu yang tidak dalam asam.

3.      Membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan suhu yang tinggi karena tidak menggunakan reagensia.

Dalam proses ini cawan yang digunakan harus benar-benar bersih dan memiliki berat yang konstan. Hal ini bertujuan agar tidak menganggu hasil perhitungan untuk mementukan kadar abu dalam sampel. Di dalam abu yang diperoleh biasanya mengandung unsur mineral Mg dan Ca.

 

G.    KESIMPULAN  

Dari serangkaian percobaan yang telah dilakkan dapat disimpulkan bahwa :

1.      Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengabuan secara langsung dan pengabuan secara tidak langsung. Dengan penambahan reagen kimia tertentu untuk pengabuan secara tidak langsung

2.      Berat abu yang di dapat sebesar 0,0421 gram

3.      % abu yang didapat sebesar 0,8393%

 

 

H.    DAFTAR PUSTAKA

-          Anonim. 2018. Modul Praktikum Kimia Pangan. Bandung: UIN SGD Bandung.

-          Apriyanto, 1989. Analisis Pangan. Bogor: IPB.

-          Siti, 2008. Laporan Kadar Abu.

http://laporan-kadar-abu/html

diakses pada 26 febuari 2018 pukul 18.05 WIB

-          Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan     dan

Pertanian. Yogyakarta : Liberty.

-          Winarno, F.G, 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.


hi! aku Ocin Atrian. hari ini pekerjaanku adalah seorang guru, penari, dan penata make up. Beberapa postingan mengenai "Kimia" adalah murni milikku. hmmm, btw aku sarjana kimia gais heuheu

Komentar