Laporkan Penyalahgunaan

Label

Langsung ke konten utama

Belajar menulis hari ketiga: Kerinduan


“Akhirnya aku tiba pada puncak sepi

Aku kalap dengan rinduku

Aku tersesat merindukanmu

Tak ada penawar bagi ganasnya rindu, kecuali pertemuan

Rindu yang selalu ku kemas rapi, ternyata harus ku biarkan berterbangan dalam ingatan, dalam kenangan, dan dalam jalan hidup yang berliku tajam

Setelah perenungan panjang tentang kebimbangan, aku tak menemukan jalan lain selain kembali kepada diri sendiri

Aku harus mengambil ruh ku, dalam tubuhmu

Mengambil cinta yang telah ku degupkan di jantungmu

Kini aku pamit, untuk kembali pulang kepada diriku sendiri

Kesepian sudah sangat meranggas dalam hatiku

Awalnya telah kulepaskan diriku yang utuh, dan tentu menjadi bayang-bayang dalam hidupmu

Berusaha menjagamu dengan doa-doa,  menghadirkan tubuhku dihadapanmu, dan membuat kita terlena dalam kecupan, dalam pelukan, dalam desahan setiap kita saling berhembus nafas

Mungkin itu nafas cinta

Di kemudian hari kita hanya mampu membangkitkan megahnya kenangan

Tentang pagi yang gigil hingga malas mandi, juga tentang malam yang dihangatkan pelukan

Aku tak tahu. Apakah aku sendiri yang merasa bodoh, yang terjebak pada kenangan itu atau kau juga sama. Sekalipun tak kau perlihatkan pada lugu parasmu. “

 

Barangkali pertemuan yang diharapkan tidak pernah ada. Hangat pelukmu kian memudar. Malam panjang terngiang sunyi yang melengking. Dalam hari-hari yang cerah, aku hening ditengah bising. Impian runtuh bertebaran menjelma buih-buih harapan. Kita kembali menyusuri jalan asing, sendirian.

Katamu, ada cara yang arif untuk mengutarakan rindu. Mendoakan di setiap helaan nafas, mengikhlaskan disetiap langkah. 


 

hi! aku Ocin Atrian. hari ini pekerjaanku adalah seorang guru, penari, dan penata make up. Beberapa postingan mengenai "Kimia" adalah murni milikku. hmmm, btw aku sarjana kimia gais heuheu

Komentar