Laporkan Penyalahgunaan

Label

Langsung ke konten utama

Belajar Menulis hari kelima: Bob Kesepian

Di suatu siang yang cerah, hadirlah seekor kucing hitam di rumah Bapak Tua. Kucing itu sengaja diberikan untuk menemani hari-hari si Bapak Tua dan sahabatnya, Paman Pemarah. Bapak Tua menamai kucingnya “Bob”. Sejak hari itu Bapak Tua, Paman Pemarah, dan Bob tinggal bersama.

Bob seekor pejantan. Usianya hampir satu tahun. Saat umurnya enam bulan, Bob telah di steril dan di vaksin oleh pemilik sebelumnya. Kini Bob tidak bisa menghamili betina jalanan. Bob mampu birahi, dan bila sedang birahi Bob akan berlari kesana kemari untuk mengalihkan gairahnya. 

Bapak Tua gemar memotret. Di setiap dinding rumah, terpajang hasil potret miliknya. Entah sudah berapa banyak bingkai yang jatuh karena Bob gemar sekali mengejar cicak di dinding. Bapak Tua tidak pernah memarahinya. Sesekali meracau namun seringnya ketika bingkai jatuh diperbaiki atau di pajang kembali. Bob hanya ingin bermain. Maklum saja, sejak pindah ke rumah ini Bapak Tua tidak pernah mengajaknya bermain. Beliau hanya memberi makan dan sesekali mengelusnya. Bob senang bermain dengan manusia, tapi ini jarang terjadi. Teman Bapak Tua dan Paman Pemarah jarang berkunjung. Bob hanya duduk di depan pintu atau tidur di ruang tengah kalau tidak ada cicak atau teman.

Biasanya Bob tidur siang pukul 12. Bob sudah berkeliling rumah mencari tempat nyaman, ketika Bob sedang merenggangkan badannya tiba-tiba Paman Pemarah memainkan gitar. Bob terkejut dan waspada. Bob menghampiri Paman Pemarah untuk melihat gitar itu dan menyentuhnya. jreeeeeeeenggggggggg. Terdengar bunyi menggelegar yang mengejutkan seisi rumah. Sontak Paman Pemarah melemparkan gitar ke arah Bob karena terkejut. Gitar Paman rusak. Hari itu, Bob di hukum oleh Paman untuk tidur di luar.

Bob tidak memiliki teman di luar rumah. Kucing jalanan galak dan Bob selalu di olok-olok. Pada awalnya Bob merasa sedih, namun Bob mulai terbiasa. Bukan masalah jika Bob tidak memiliki teman yang penting Bob punya rumah, punya Tuan yang selalu memberinya makan setiap hari. Bob justru merasa beruntung masih bisa hidup dan dirawat dengan baik daripada kucing jalanan lainnya yang setiap hari harus mengais sisa makanan di tong sampah.

Suatu hari Bob pernah ingin pergi dari rumah. Bapak Tua pergi bekerja ke luar kota untuk beberapa hari. Paman Pemarah sibuk bermain musik sampai sering lupa memberi makan. Jika Bob menghampiri paman untuk meminta makan, paman hanya berkata “hussh, husss, iya nanti di kasih makan.” Bob berlarian di dalam rumah karena bosan tapi dimarahi Paman karena berisik. Akhirnya Bob tidur di depan pintu agar mendapatkan sinar matahari siang tapi malah di usir Paman karena menghalangi jalan. Bob berjalan keluar pagar, tiba-tiba Paman Pemarah memanggilnya dan memberikan semangkuk ikan tuna segar. Bob senang sekali. Bapak Tua biasanya hanya memberikan biskuit. Selesai makan, Paman Pemarah menggendong Bob dan mengelus. Bob terharu karena ternyata Paman Pemarah sebenarnya baik. Ia tahu kalau Bob suka tuna.

Setiap akhir pekan Bapak Tua pergi ke taman bersama Paman Pemarah dan Bob untuk olahraga atau sekedar membaca koran. Biasanya Bob berlarian di taman mengejar belalang. Kali ini Bob hanya duduk menikmati sinar matahari di samping Bapak Tua. Tiba-tiba Bapak Tua mengendong dan bercerita. Bob terkejut. Baru kali ini Bapak Tua berbicara kepadanya. Bob mengerti apa yang Bapak Tua katakan dan membalas dengan “meoow”. Selama bercerita Bob memperhatikan raut wajah Bapak Tua yang penuh kasih sayang dan berlinang air mata. Kini Bob mengerti, mengapa Bapak Tua jarang mengajak bermain. Bob menyesal selalu merasa kesepian padahal Bapak Tua dan Paman Pemarah selalu merawat dan menyayangi Bob dengan cara mereka. Bob berjanji tidak akan merasa seperti itu lagi dan akan selalu ada menemani Bapak Tua dan Paman Pemarah.   



 

hi! aku Ocin Atrian. hari ini pekerjaanku adalah seorang guru, penari, dan penata make up. Beberapa postingan mengenai "Kimia" adalah murni milikku. hmmm, btw aku sarjana kimia gais heuheu

Komentar