Aku tipikal orang yang selalu berlari dari rasa sakit dan
mencari kebahagiaan dari lawan jenis. Apapun itu masalahnya, aku selalu begitu.
Aku tau itu salah. Apalagi waktu itu posisinya aku punya pacar. Pelan-pelan aku
ngelampiasin rasa sakit aku ya cuma ke pacar aku aja. Mau dia yang salah, mau
aku punya masalah sama orang lain, pokoknya aku selalu lari ke dia. Sampai akhirnya
aku bergantung sama dia. Aku Cuma punya dia seorang, dan aku simpan semua harapan
aku ke dia. Sumpah sih ini keterlaluan banget kalau dipikir-pikir. Aku gak
pernah mikirin kalau kita bakal berakhir. Karena setiap harinya aku selalu
memupuk harapan bahwa kita akan hidup berdua, bahagia selamanya.
Beberapa bulan ke belakang kita selesai. Aku kacau. Aku harus
lari kemana? pernah aku coba cari cowok untuk menghilangkan galau. Tapi ternyata
gak bisa. Akhirnya aku habiskan tabungan nikah buat main dan senang-senang. Sembuh?
Tidak. Miskin? Iya.
Aku benci banget kalau kalut datang. Semangat aku hilang. Bawaannya
murung sepanjang hari. Cuma mau rebahan dan ngeliatin langit-langit kamar. Aku gak
bisa gini terus. Aku harus balikin semangat karena aku harus kerja buat makan dan
mengganti uang tabunganku yang habis.
Aku coba untuk latihan tari lagi. Udah cukup lama aku gak
latihan. Mantanku dulu pengen aku jadi “perempuan muslim” pada umumnya. Makanya
aku sempet berenti buat latihan. Sumpah, latihan pertama badanku kaku semua. Baru
30 menit, engsel kayak mau copot. Seminggu pertama badan aku sakit semua. Tapi tidak
dengan perasaannku. Jauh lebih baik. aku terus latihan kurang lebih sebulan.
Buat aku, menari bukan Cuma hobi saat ini tapi juga terapi
yang murah meriah. Aku Cuma putar lagu secara acak di Youtube dan aku
membiarkan tubuhku bergerak sesukanya. Mengekspresikan semua rasa sakit dan
takut akan harapan yang pernah aku titipkan ke seseorang. Selain murah meriah,
aku bisa melakukannya dimana saja. Di kamar kost yang ukurannya Cuma 3x3 meter,
di atap kosan, di lapangan, atau bahkan aku bisa nari di lampu merah. Hehe. ya hitung-hitung
ngamen kan lumayan.
Satu bulan lebih aku fokus untuk berlatih dan memikirkan apa
yang aku buat sebagai hasil dari aku berlatih. Ini sangat menyenangkan. Aku pun
sembuh dari galau yang berkepanjangan. Awalnya aku takut untuk membagikan hasil
latihanku ke media sosial. Aku masih takut dicibir. Tapi mau sampai kapan aku
takut? Baiklah. keberanianku di campur rasa gatau malu akhirnya terbitlah
postingan di instagram.
Gak nyangka banyak temen yang ngasih komentar positif. Aku semakin
semangat berlatih. Akhirnya temen aku ngajak untuk kolaborasi. Wahhhh,
senengnya bukan main. Yang niatnya Cuma buat terapi ternyata dapet apresiasi. Sudah
jadikah karyanya? Belum dong tentunya. Haha.
Aku gak tau ini disebut teralihkan fokus atau memang ini
waktunya aku kembali merasakan jatuh cinta. Hehe. Aku ketemu seseorang dan
membuatku nyaman sampai detik ini. Akhir pekan yang harusnya aku habiskan untuk
berlatih, justru digunakan untuk memadu kasih. Hmmm. Awalnya cuman nyaman, tapi
sekarang kebablasan. Aku utarakan semua perasaan tapi anehnya aku gak minta balasan.
I just love u dan gak mau tau apa yang kamu rasa ke aku.
Sialnya dia bilang hal yang sama dong. Sebel banget gak sih.
Yang tadinya aku tulus menyayanginya, sekarang jadi berharap dapat balasan. Ini
sih kacau dan gak bisa dibiarin. Aku senang bertemu dengannya hanya di malam
hari. Hanya aku dan dia yang tau ini semua. Tapi lambat laun dia ngajak aku
untuk naik ke permukaan. Beberapa teman mengetahui kalau kita dekat. Semakin besarlah
harapan aku untuk jadi pacar dia.
Aku pernah coba untuk menjauh. Tapi aku gak bisa. Aku terlalu
nyaman untuk tetap disampingnya. Beberapa teman menanyakan status kita. Tapi kita
hanya tertawa. Ironis sih. Something wrong. Aku patah. Amat sangat patah sampe
hancur berkeping-keping. Emang dasar aku perempuan yang gampang menyimpan
perasaan alias baperan. Di baikin sedikit langsung mikirin nanti nikah mau make
adat apa. Haha.
Suatu hari aku masak di dapur dan dia menghampiri. Dia coba
buka topik dan bilang: “masa mereka nanya kamu siapa aku.” Aku tanya dong, terus
kamu jawab apa? Dia bilang “aku bilang kamu cs aku. Aku gak tau harus gimana. Aku
belum mau komit dengan siapapun. Aku masih trauma.” Deg. Syukur aku masih bisa
ngontrol perasaan. Hancur banget akutuh pas denger itu. Tapi gak mungkin aku murung
dan nangis. Harga diri woy. Kwkw.
Latihan menari lagi nih? Tidak tentunya, haha. Anehnya aku
biasa aja. Hancur sih iya, tapi kenyataannya begitu. Buat apa aku harus memaksakan
kalau nanti akhirnya aku hancur lebih parah? Saat itu, untuk beberapa minggu
aku Cuma bisa ngelus dada dan pasrah sama kehidupan. Buat apa aku harus
bertahan di Bandung kalau aku tidak punya siapapun yang memberatkan? Aku mau pindah.
Cari suasana baru. Omongan aku ke kabul. Temanku di Jakarta menelpon dan ngasih
beberapa kesempatan. Aku langsung bilang iya. Aku siap untuk kehidupanku yang
baru.
Akhir pekan jadwalnya aku bertemu dengan dia. Dan lagi-lagi
di dapur aku sampaikan berita baik ini. Sebenarnya aku belum mau cerita sampai
aku benar-benar pindah kesana. Tapi aku gak tahan. Hehe. dia Cuma bilang: “really?
It bad news for me” lagi juga apa bedanya aku di Bandung? kita ketemu Cuma akhir
pekan aja kan? Kalau aku di Jakarta juga, aku akan habiskan akhir pekanku sama
kamu.
Malamnya kita keluar berdua. Apapun kita obrolin seperti
biasanya. Dan biasanya, di akhir obrolan, barulah membahas tentang kita. Dia sekali
lagi menegaskan belum bisa komitmen dengan siapapun itu. Dia gak bisa untuk
tinggal di satu tempat. Dia gak bisa hubungan jarak jauh. Hey, dude. Dari awal
juga kan aku bilang, I just love u. Aku gak nuntuk kok kita untuk komitmen. Aku
menikmati setiap hal yang terjadi selama ini sama kamu. Yang jelas, sejauh
apapun aku melangkah, untuk saat ini hati aku penuh sama kamu.
Terus sekarang aku patah? Ya enggaklah. Aku sudah cukup sehat
untuk berpikir. Segala sesuatu terjadi bukan karena kehendak kita. Kalau memang
alurnya seperti ini, jangan dilawan atau menyangkal. Nikmatin aja. Malam ini
aku lewatin dengan menggenggam tangannya selama mungkin. Aku gak tau kapan lagi
aku bisa lakuin itu. Tapi yang jelas aku sudah melakukan itu malam ini.
Mau sampai kapan aku hidup bergantung dengan oranglain? Aku terlahir
sehat dan sempurna. Aku punya beberapa hal yang gak dimilikin sama orang lain. Aku
bisa berdiri di atas kaki sendiri. Hidup memang menyebalkan bukan? Beberapa orang
dilahirkan dengan keberuntungan yang banyak, tidak dengan aku. Menyerah? Ya enggaklah.
Masih dikasih nafas hari ini tandanya aku masih harus berjuang buat ngelanjutin
jalan hidup aku.
Kejadian beberapa bulan ini lagi-lagi ngasih aku banyak hal.
Aku gak boleh berhenti ngelakuin apa yang aku suka. Selagi itu positif, ya
lakuin aja. Termasuk orang yang aku sayang gak berhak untuk ngebatasin
aktivitas aku. Aku punya bakat sebenarnya, kalau rajin dilatih itu bisa jadi
sesuatu. Jadi mau sampai kapan aku malas berlatih? Mau sampai kapan aku malu
memproklamirkan bahwa aku seorang penari? Gak apa-apa, kalau gerakanku masih buruk.
Namanya juga belajar. Harus berani ngasih jati diri seenggaknya ke diri sendiri
biar aku lebih semangat jadi lebih baik. lagi juga udah saatnya menentukan
pilihan hidup kan? Dan yang paling penting, ternyata aku bisa tuh ngelewatin
rasa sakit. Gak buruk-buruk banget. Aku masih punya hobi, aku punya kerjaan,
aku punya teman, dan aku punya waktu untuk menikmati rasa sakit sampai benar-benar
sembuh. Obatnya bukan di oranglain. Tapi di diri sendiri. Untungnya otak dan hati
aku selalu ngasih masukan positif seperti: “oh mungkin ini….”, “gak gitu, siapa
tau nanti…..”. tanpa di sadari hal itu juga jadi salah satu stimulus buat aku
cepat sembuh.
Untuk hubungan aku sama dia, saat ini kita jalanin aja apa
yang sedang terjadi. Hari ini sih berat ninggalinnya. Tapi kita janji untuk
berkabar kalau bertemu dengan yang baru. Ini juga jadi pelajaran yang menarik. Oh
ini yang dibilang mencintai tanpa balas. Baru kali ini aku Cuma mau merasakannya
sendiri. Gak menuntut sedikitpun ke dia. Aku juga bersyukur dikasih perasaan
kaya gini dan bertemu dengan orang yang tepat. Dia gak jahat. Dia memperlakukan
aku dengan amat sangat baik. dari hubungan ini aku belajar kalau aku bisa “sendiri”.
Gak di pungkiri kadang-kadang galau gak jelas, tapi kali ini aku tetap diam dan
menikmatinya. Setelah itu, galaunya hilang sendiri.
Aku gak menyarankan kepada siapapun untuk melakukan hal yang
sama denganku. Aku hanya membagikan ceritaku bahwa hari ini aku mampu berpikir
untuk diriku sendiri. Hari ini aku menemukan segala sesuatu semuanya berasal
dari aku dan kembali lagi ke diriku harus bersikap seperti apa. Tahan dulu,
pikirin dulu, baru bertindak. Jangan gegabah.
Untuk hobiku, aku janji akan membuat sesuatu sebagai tolak
ukur. Semua pengalaman ini akan aku tuangkan dalam tarianku. Sekali lagi aku
bersyukur banget ngalamin hal kaya gini. Aku punya banyak inspirasi dan
beberapa emosi yang nantinya aku lampiaskan menjadi karya.
Siapapun kalian yang baca ini, semangat ya! kalau bukan diri
sendiri, siapa lagi? Aku yakin kita semua bisa melewati ini semua.
Komentar
Posting Komentar