Laporkan Penyalahgunaan

Label

Langsung ke konten utama

REAKSI MAILLARD DAN PENCOKELATAN ENZIMATIK-LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN

REAKSI MAILLARD DAN PENCOKELATAN ENZIMATIK 

A.    TUJUAN

1.      Menganalisis pencokelatan sistem cair pada sampel larutan glukosa

2.      Menganalisis pencokelatan sistem padat pada sampel larutan glukosa

3.      Menganalisis pencokeatan bahan yang di panggang pada sampel

4.      Menetukan pencokelatan secara enzimatik pada sampel buah apel

5.      Menentukan hasil absorbansi pencokelatan model sistem cairan pada panjang gelombang 450 nm menggunakan spektrofotometri

 

B.     PRINSIP DASAR

Percobaan ini di dasarkan pada pproses pencokelatan enzimatik dan nonenzimatik. Dimana pencokelatan secara enzimatik di akibatkan oleh aktivitas polifenoliksade pada gugus fenol dan oksigen pada pangan dari buah berupa apel dengan proses pemotongan sehinga memungkinkan enzim masih aktif dan menyerang substratnya. Potongan apel di rendam dalam berbagai jenis larutan sebagai pembanding indikasi pencokelatan. Pencokelatan non enzimatis meliputi reaksi Maillard yang terjadi antara gula pereduksi yang memiliki gugus aldehid bebas dengan gugus amina pada temperatur tinggi.


C.    CARA KERJA

1.      Model pencokelatan sistem cairan

Sebanyak 2 ml larutan glukosa di dalam tabung reaksi di tambahkan dengan 2 ml asam amina dan di tutup. Panaskan pada penangas air lalu di angkat pada interval waktu 0, 10, 20, 40, 800 dan 100 menit. Pada masing-masing pengangkatan tabung disegerakan untuk di absorbansi pada panjang gelombang 450 nm. Buat grafiknya dan bandingkan aroma yang tercipta dari setiap masing-masing interval waktu.

2.      Model pencokelaatan sistem padatan

Larutan glukosa di teteskan pada potongan buah dengan luas area 2 cm. Kemudian teteskan asam amino berbeda di sekitar larutan glukosa. Tunggu dan amati hingga lingkaran tetesan tersebut tumpang tindih.

3.      Pencokelatan bahan yang di panggang

Tepung terigu di tambahkan air sehingga terbentuk adonan untuk selanjutnya ditimbang sebanyak 25 gram dan di pipihkan di atas loyang dengan bentuk bulat. Diatas adonan tersebut di buat empat bagian. Setengah bagian adonan di olesi dengan larutan asam amina dan setengah bagian lain di olesi dengan glukosa. Panaskan dalam oven selama 10 menit. Amati perubahan warna dan aroma setelah pemanasan.     

4.      Pencokelatan buah apel

Buah apel dikupas dari kulitnya dan di potong kecil-kecil. Ditimbang 25 gram dan dibuat menjadi 4 sampel. Bagian 1 ditambahkan 60 ml larutan tiourea 1%. Bagian 2 ditambahkan 60 ml aquades. Bagian  3 ditambahkan 0,01 gram asam askorbat yang dilarutkan dalam aquads sehingga volumenya60 ml. Bagian 4 ditamahkan 0,01 gram sodium sulfit yang dilarutkan dengan aquades sehingga volumenya 60 ml.  Di usahakan proses dilakukan cepat dan bersamaan dalam keadaan apel segar dan belum mencokelat. Di diamkan selama 1 menit kemudian di ganti larutan dengan 0,12 gram dipotasium fosfat dalam 60 ml aquades lalu didiamkan selama 30 menit. Semua bagian di saring untuk filtratnya di ambil dan di masukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda.

D.    HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Model pencokelatan pada sistem cairan (glisin+glukosa)

Waktu interval

Nilai absorbansi

Perubahan

Warna

Bau

o menit

10 menit

20 menit

40 menit

80 menit

100 menit

0,010 A

0,112 A

0,132 A

0,145 A

0,145 A

0,135 A

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

 

Tabel 2. Model pencokelatan pada sistem cairan (tirosin+glukosa)

Waktu interval

Nilai absorbansi

Perubahan

Warna

Bau

o menit

10 menit

20 menit

40 menit

80 menit

100 menit

0,013 A

0,110 A

0,110 A

0,189 A

0,198 A

0,199 A

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berwarna

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau


F.     PEMBAHASAN


Dalam ilmu kimia segala sesuatu yang terjadi pasti terdapat suatu reaksi di dalamnya. Seperti dalam pencokelatan bahan pangan yang dapat terjadi karena faktor enzimatis ataupun non enzimatis. Pencokelatan (browning) merupakan proses pembentukan pigmen yang berwarna kuning yang akan segera berubah menjadi berwarna cokelat.

Dalam praktikum kali ini, praktikan melakukan reaksi pencokelatan (Maillard) dengan dua cara yaitu dengan enzimatis dan non enzimatis. Dalam reaksi pencokelatan enzimatis biasanya terjadi pada buah-buahan dan sayur-mayur yang terjadi secara alamiah karena suatu proses yang tersusun atas enzim fenolase. Sampel buah yang digunakan berupa buah apel. Dalam proses praktikum buah apel yang telah dikupas harus segera dicampurkan ke dalam larutan karena jika telat buah bisa berwarna coklat dagingnya. hal ini terjadi karena pengaruh aktivitas enzim polifenol oksidase (PPO) yang dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus monofenol menjadi o-hidroksiphenol yang selanjutnya diubah menjadi o-kuinon. Gugus o-kuinon inilah yang membentuk warna menjadi cokelat.

Buah apel yang telah dikupas ditimbang sebanyak 15 gram dan di buat sebanyak 4 sampel. Dalam gelas kimia pertama, buah apel ditambahkan dengan larutan tiourea 1%. Dalam gelas kimia kedua ditambahkan aquades, gelas kimia ketiga ditambahkan larutan asam askorbat dan di gelas kimia keempat ditambahkan larutan natrium sulfit. Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil reaksi pencokelatan enzimatis yang terjadi apabila apel dihadapkan dalam situasi yang berbeda.

Apel yang diberikan larutan natrium sulfit dan asam askorbat memiliki warna larutan yang lebih cerah. Hal ini dapat terjadi karena antioksidan dapat mencegah oksidasi komponen fenolat menjadi kuinon berwarna gelap. Sulfit dapat menghambat enzim fenolase pada konsentrasi 1 ppm secara langsung atau mereduksi kembali kuinon berwarna hasil oksidasi o-kuinon menjadi senyawa fenolat (o-difenol) tak berwarna. Di diamkan beberapa menit kemudia larutan diganti dengan kalium fosfat selama 30 menit untuk menetralkan. Selanjutnya apel di haluskan dan diambil filtratnya 1 ml untuk dilakukan proses absorbansi. Hal ini di lakukan untuk mengetahui banyaknya o-kuinon yang terbentuk sehingga terdeteksi oleh spektrofotometer dengan nilai absorbansi. Dari hasil pengecekan di dapatkan nilai absorbansi sebesar 0,961 A terdapat pada apel yang ditambahkan dengan larutan tiourea. Hal ini menunjukan banyaknya o-kuinon yang terbentuk.

Sedangkan reaksi pencokelatan dengan non enzimatis (Reaksi Maillard) praktikan melakukan dalam dua sistem. Yaitu sistem padatan dan sistem cairan. Pengertian reaksi maillard sendiri adalah sebuah reaksi yang terjadi antara asam amino dan gula pereduksi yang terjadi karena sebuah proses pemanasan. Karenanya larutan glukosa ditambahkan dua tetes glisin ke dalam beberapa tabung reaksi dan di panaskan. Dibuat interval waktu pengangkatan dari pemanas sebagai pembangding ke-klimaks-an reaksi mailard yang terjadi. Dari proses ini semakin lama tabung dipanaskan maka hasilnya tercipta aroma karamel yang semakin kuat dan larutan semakin cokelat. Hal ini terjadi karena terbentuk polimer nitrogen berwarna cokelat atau melanoid. Selanjutnya dilakukan proses pengecekkan dengan spektrofotometer dan terbukti bahwa semakin lama waktu pemanasan semakin banyak pula molekul melanoid yang terabsorbsi.

Pada sistem padatan digunakan media berupa kerta saring sebagai tempat glisin dan glukosa untuk tumpang tindih. Setelah glisin dan glukosa ditetesi pada kertas saring dan terjadi tumpang tindih selanjutnya kertas saring di goreng. Saat penggorengan bagian yang ditetesi glukosa lebih dulu berubah menjadi warna coklat dan memiliki wangi karamel yang lebih kuat.

Selain itu dilakukan pula pencokelatan adonan yang terbuat dari tepung. Dalam adonan dibentuk bulat dan di bagi menjadi empat bagian. Dimana bagian tersebut adalah bagian 1 tanpa penambahan apapun, bagian 2 penambahan glukosa, bagian 3 penambahan glisin dan bagian 4 penambahan campuran glukosa dan glisin. Setelah dipanaskan terlihat bahwa bagian 4 memiliki warna lebih coklat dan aroma karamel yang lebih kuat karena proses reaksi maillard berjalan lebih sempurna. Sedangkan yang tidak ditambahkan apapun warnanya pucat.

G.    KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1.      Pencokelatan sistem cair dalam sampel cairan glukosa+glisin dengan waktu interval yang lebih lama maka absorbansinya yang di dapat semakin besar begitu pula dengan sistem cair dalam sampel cairan glukosa dan tirosin jika interval waktu lebih lama maka di dapatkan absorbansi yang semakin besar pula

2.      Pencokelatan model sistem padat pada glisin dan glukosa, bagian kertas saring yang ditetesi glukosa lebih cokelat daripada glisin dan untuk tirosin dan glukosa, bagian kertas saring yang ditetesi glukosa lebih cokelat daripada tirosin

3.      Pencokelatan pada buah apel dengan perlakuan yang berbeda didapatkan absorbansi yang paling besar pada buah apel yang ditambahkan dngan tiourea 1% dan merupakan larutan yang memiliki warna paling pekat cokelat bening (+++)

4.      Absorbansi yang di dapat pada pencokelatan sistem cair yaitu pada glukosa+glisin 0,010 A; 0,112 A; 0,132 A; 0,145 A dan pada glukosa+tirosin 0,013 A; 0,110 A; 0,110 A; 0,189 A; 0,198 A dan 1,99 A

5.      Absorbansi yang di dapatkan pada pencokelatan buah apel yaitu 0,961 A; 0,804 A; 0,809 A dan 0,548 A

H.    DAFTAR PUSTAKA

-          Anonim. 2017. Reaksi Maillard. Id.wikipedia/wiki/reaksi-maillard/html

Diakses pada tanggal 11 april 2018

-          Fauzi. 2006. Analisis Bahan Pangan dan Hasil Pertanian.  Jember; FTP UNEJ.

-          Kusnandar. 2010. Kimia Pangan.  Jakarta; Dian Rakyat.

-          Sumardji, dkk. 2008. Analisis Bahan Pangan. Yogyakarta; Literasi Yogya.

-          Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta; Gramedia.


hi! aku Ocin Atrian. hari ini pekerjaanku adalah seorang guru, penari, dan penata make up. Beberapa postingan mengenai "Kimia" adalah murni milikku. hmmm, btw aku sarjana kimia gais heuheu

Komentar