Laporkan Penyalahgunaan

Label

Langsung ke konten utama

ANALISIS SERAT PANGAN-LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN


ANALISIS SERAT PANGAN



A.    TUJUAN
1.      Menentukan kandungan serat kasar pada suatu berat pangan berupa buah pepaya
2.      Menentukan berat residu setelah pengovenan
3.      Menentukan % rendemen dari serat kasar bahan pangan buah pepaya
4.      Menentukan berat kasar serat sesudah serta setelah pemanasan.


B.     PRINSIP KERJA
Serat kasar umumnya ditentukan dengan cara gravimetri dengan pengukuran berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Pengukuran kadar serat pangan total (TDF) termasuk di dalamnya SDF dan IDF dengan prinsip enzimatik gravimetri. Serat pangan di dasarkan pada ketahanan hidrolisis enzim pencernaan sedangan serat kasar yang tidak dihidrolisis oleh asam sulfat dan natrium hidroksida panas kadar seratnya lebih tinggi dibanding serat kasar yang didasarkan pada kemampuan senyawa kimia tersebut dalam menghidrolisis komponen pangan lebih kuat dibandingkan enzim pencernaan.


C.    CARA KERJA
1.    Pembuatan Larutan H2SO4 0,255N dari 96% dalan 150 mL
H2SO4 96% dipipet sebanyak 1,0961 mL dan diencerkan dengan aquades hingga volume larutan 150mL
2.    Pembuatan larutan H2SO4 0,255N dari 96% dalan 50 mL
H2SO4 96% dipipet sebanyak 1,0961 mL dan diencerkan dengan aquades hingga volume larutan 50 mL
3.    Pembuatan laruran NaOH 0,313N dalam 200 mL
        Padatan NaOH ditimbang sebanyak 2,504 gram. Dimasukkan ke gelas kimia 250 mL dan dilarutkan dengan aquades sampai 200mL.

4.        Analisis Serat Pangan
Sampel pepaya dihaluskan dan ditimbang sebanyak 10 gram, ditambahkan 200 mL H2SO4 pekat. Dipanaskan selama 30 menit dan disaring. Residu dicuci dengan air panas dan di cek pH nya dan dicuci kembali dengan NaOH 0,313N sebanyak 150 mL. Ditutup dengan plastik wrap dan didiamkan selama 30 menit. Larutan disaring kembali. Residu dicuci dengan K2SO4 10%, dicuci dengan aquades mendidih, dicuci dengan alkohol 95% sebanyak 15 mL.
Cawan porselen dicuci, dikeringkan dan ditimbang. Residu+kertas saring+cawan dioven pada suhu 110oC sampai konstan selama 3 jam. Didinginkan pada desikator dan ditimbang.


D.    HASIL PENGAMATAN
PERLAKUAN
PENGAMATAN
1.      Pembuatan Larutan
a.       H2SO4 0,255N dari 96% dalam 150 mL
·         H2SO4 0,255N dipipet sebanyak 1,0961 mL
·         Diencerkan dengan aquades hingga volume 150 Ml
b.      H2SO4 0,255N dari 96% dalam 50 mL
·         H2SO4 0,255N dipipet sebanyak 0,3224 mL
·         Diencerkan dengan aquades hingga volume 50 mL
c.       NaOH 0,313N dalam 200mL
·         Padatan NaOH ditimbang sebanyak 2,504 gram dan dimasukkan ke gelas kimia 250 mL
·      Dilarutkan dengan aquadest hingga volume 200 mL

2.    Analisis serat pangan
·        Sampel pepaya dihaluskan dengan mortal dan alu
·        Ditimbang sebanyak 10 gram
·        Ditambahkan 200 mL H2SO4 pekat





·        Dipanaskan selama 30 menit sambil sesekali di guncangkan

·        Disaring


·        Residu dicuci dengan aquadest panas dan di cek pH larutan
·        Residu dicuci dengan NaOH mendidih 0.313 N sebanyak 150 mL
·        Ditutup dengan plastik wrap dan dididihkan selama 30 menit
·      Disaring kembali


·      Residu dicuci dengan K2SO4 10%
·      Dicuci dengan aquadest mendidih 
·      Dicuci kembali dengan alkohol 95% sebanyak 15 mL
·      Cawan porselen dicuci, dikeringkan dan ditimbang



·      Residu + kertas saring + cawan dioven pada suhu 110oC selama 3 jam. Didinginkan dan ditimbang



·         Asam sulfat = larutan tidak berwarna
·         Menjadi larutan tidak berwarna



·           Asam sulfa = larutan tidak berwarna
·         Menjadi larutan tidak berwarna


·         NaOH = Padatan kristal berwarna



·      Menjadi larutan tidak berwarna



·         Sampel = padatan berwarna jingga
·         Massa = 10,1224 gram
Asam sulfat = larutan tidak berwarna
·      Terbentuk 2 fasa
·      Fasa atas = padatan jingga (pepaya tidak larut)
·      Fasa bawah = larutan jingga (+)
·         Residu tidak larut, larutan berwarna jingga, menghasilkan uap
·         Residu = padatan berwarrna jingga
·         Filtrat = larutan berwarna kuning
·         Sedikit larut, padatan berwarna jingga pH = 3
·         NaOH 0,313 N = larutan tidak berwarna
·         Menjadi larutan berwarna jingga
·         Larutan filtrat mendidih

·         Residu = padatan berwarna jingga
·         Filtrat = larutan berwarna kuning
·         Residu sedikit larut dan berwarna jingga
·         Filtrat menjadi larutan berwarna kuning dan padatan tetap jingga
·         Cawan porselen bersih dan kering dengan massa 31,9698 gr
·         W kertas saring = 0,3589 gram
·         W residu+kertas+cawan = 35,5490 gram
·         W residu + kertas + cawan setelah pengovenan = 332,5297 gram
·         Residu = padatan berwarna coklat


E.     PERHITUNGAN DAN PERSAMAAN REAKSI
1.      Perhitungan
1.1. Pembuatan larutan asam sulfat 0,225 N dari 96% 150 ml
N =   =   = 36, 0489 N
N1 x V1 = N2 x V2
V1 = =  = 0,9362 ml

1.2. Pembuatan larutan asam sulfat 0,225 N dari 96% 50 ml
                  N =   =   = 36, 0489 N
N1 x V1 = N2 x V2
V1 = =  = 0,3120 ml

1.3. Pembuatan larutan NaOH 0,313 N 200 ml
Massa =  =  = 2,504 gram

1.4. % rendemen
% rendemen =  x 100 %
                        =  x 100% = 91,5066

1.5. Penentuan berat serat kasar
Berat residu     = berat kasar
= (kertas saaring + residu + cawan) – (kertas saring kosong + cawan kosong )
                        =35,5490 gram – (31,9698 gram + 0,3589 gram)
Berat kasar      = 3,2203 gram (sebelum pemanasan)
Setelah pemanasan = 32,5279 gram – 32,3287 gram = 0,201 gram

2.    Persamaan reaksi   
2.1. H2SO4 (aq) ->  2H+(aq) + SO42-(aq)
2.2. NaOH (aq)  -> Na+(aq) + OH-(Aq)


F.     PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar serat pangan pada tepung maizena yang ada di pasaran. Serat pangan adalah bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna secara enzimatis sehingga tidak di golongkan sebagai zumber zat makanan.
Serat makanan hanya terdapat dalam bahan pangan nabati dan kadarnya bervariasi menurut jenis bahan. Kadar serat dalam makanan dapat mengalami perubahan akibat pengolahan yang dilakukan terhadap bahan asalnya.
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas babhan makanan karena angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan.
Awalnya sampel berupa buah pepaya dihaluskan dan di cuplik sebanyak 10 gram dan ditambahkan asam sulfat dalam keadaan panas. Tujuan dari penambahan asam sulfat yaitu untuk menghidrolisis gula kompleks menjadi gula yang lebih sederhana. Pemasan pun dilakukan untuk memaksimalkan proses yang sedang berlangsung.
Saring dan cuci kertas saring kemudian residu di bilas dengan aquades panas untuk mempertahankan suhu yang terkontrol. Apabila digunakan aquades biasa, maka suhu akan menurun sehingga tahap digestion tidak dapat berlangsung karena seperti pencernaan tubuh dimana suhunya stabil, tidak berubah maka percobaan ini dibuat menyeruoai sistem tersebut,
Fungsi lain dari penambahan aquades panas yaitu untuk menetralkan residu agar tidak asam untuk menghentikan proses hidrolisis. Apabila terus menerus terhidrolisis sehingga nilai yang didapatkan tidak akurat. Selain itu, fungsi dari menetralkan pH adalah untuk melancarkan dan memaksimalkan reaksi yang terjadi sehingga mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi.
Selain itu residu juga dicuci dengan NaoH untuk menetralkan suasana larutan yang sebelumnya bersuasana asam. Suasana netral memudahkan untuk proses reaksi selanjutnya. K2SO4 juga di gunakan untuk mencuci larutan untuk mempertahankan kandungan serat dalam sampel. Pencucian dilakukan kembali dengan aquades panas yang bertujuan untuk menetralkan suasana larutan dan menghindari hidrolisis. Sedangkan penambahan pencucian dengan alkohol untuk melarutkan pengotor dan pengganggu yang masih terdapat dalam sampel.
Residu yang telah dicuci tersebut kemudian di keringkan dengan jalan pengovenan. Hal ini untuk menguapkan segala zat pengotor dan penganggu sehingga nantinya hanya serat pangan saja yang tersisa yang dilakukan pada suhu 1100C.
Metode gravimetri di gunakan karena cukup mudah alat dan bahannya untuk di jumpai dalam laboratorium. Selain itu serat yang ditentukan dilakukan dengan cara pengovenan dengan memperhatikan berat serat sebelum dan sesudah pemanasan.


G.    KESIMPULAN
Dari serangkaian percobaan yang telah dilakukan dapar di simpulkan bahwa;
1.    Kandungan serat kasar pada percobaan ini diamati dan dilihat dari berat residu hasil pemanasan yaitu dengan menggunakan berat kertas sarin g+ residu dengan berat cawan porselen setelah proses pemanasan hasilnyamenunjukan bahwa kandungan serat kasar dalam babhan pangan buah pepaya sekitar 0,2619 gram
2.    Berat residu setelah pemanasan sebesar 32,5297 gram (termasuk kertas saring dan cawan)
3.    % rendemen sebesar 91,5066%
4.    Berat kasar sebelum pemanasan = 3,2202 gram dan setelah pemanasan = 0,201 gram


H.    DAFTAR PUSTAKA          
·           Apriyanto. 1988. Analisis Pangan.  Bogor: DIV Pangan dan Gizi IPB.
·           Krisno, Budiyono. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press
·           Soedjono. 1990. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI Press
·           Winnarno, F, G. 1981. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama


hi! aku Ocin Atrian. hari ini pekerjaanku adalah seorang guru, penari, dan penata make up. Beberapa postingan mengenai "Kimia" adalah murni milikku. hmmm, btw aku sarjana kimia gais heuheu

Komentar