ANALISIS KADAR MINERAL
I.
Tujuan
·
Menentukan kadar mineral
dengan titrasi permanganometri
·
Menentukan konsentrasi
KMnO4 hasil standarisasi
·
II.
Prinsip
Dasar
Pada percobaan kali ini yaitu analisis
kadar mineral dengan metode permanganoimetri. Metode ini merupakan penetapan
kadar mineral dengan menggunakan titrasi yang melibatkan reaksi
readuksi-oksidasi dengan prinsip mineral diendapkan terlebih dahulu sebagai
kalsium oksalat, lalu endapannya dilarutkan dalam H2SO4
Yyang bertindak sebagai oksidator.
III.
Cara
Kerja
a.
Pembuatan
larutan
Ø amonium
Oksalat 50 mL (jenuh)
Dipipet
aquades sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke gelas kimia 100 mL. Ditambahkan serbuk
amonium oksalat hingga jenuh (tidak larut).
Ø H2SO4
50 mL dari 95% menjadi 4N
Larutan
H2SO4 dipipet sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke labu ukur
100mL. Ditambahkan dengan aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan
Ø Pengenceran
HCl
Sebanyak
0,85 mL HCl 36% dipipet dan dimasukkan ke gelas ukur 100mL, diencerkan dengan
aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan
b.
Standarisasi
KMnO4
Larutan asam oksalat 0,1N dipipet sebanyak
5mL ke enlenmeyer 250 mL, ditambahkan 5 mL asam sulfat dan dipanaskan. Kemudian
larutan dititrasi dengan KMnO4 dalam keadaan panas.
c.
Pengabuan
kering
Sampel nasi yang sebelumnya telah
diabukan, diambil dan ditimbang menggunakan neraca analitik. Abu dimasukkan
kegelas kimia 100 mL dan ditambahkan 20 mL HCl encer. Dipanaskan selama 30
menit dengan ditutup menggnakan kaca arloji. Setelah 30 menit, diangkat dan
kaca arloji dibilas dengan HCl encer dan larutan disaring menggunakan kertas
saring.
Filtrat
yang dihasiilkan dimasukkan kelabu takar
100 mL, ditambahkan aquadest hingga tanda batas dan dihomogenkan. Larutan
dipipet sebanyak 25 mL, dimasukkan kegelas kimia 100 mL. Ditambahkan 10 mL
amonium oksalat jenuh, ditambahkan 2 tetes indikator metil merah. Kemudian
larutan dibasakan dengan penambahan amonia 1M sampai pH 8. Ditambahkan asam
asetat 1% sampai pH lautan menjadi 5.
Kemudian
larutan dipanaskan dengan bunsen hingga mendidih. Seteah mendidih didiamkan hingga
dingin dan disaring menggunakan kertas saring. Kertas saring diubangi ujungnya.
Dibilas menggunakan lautan H2SO4 encer panas dan aquades
panas. Filtrat hasil pembilasan dititrasi dengan KMnO4 0,01N. Kertas
saring dimasukkan keenlenmeyer dan dititrasi kembali.
IV.
Hasil
Pengamatan
Perlakuan |
Pengamatan |
1.
Pembuatan
Larutan a. Amonium
Oksalat 50mL(jenuh) ·
Aquades dipipet
sebanyak 50 mL ·
Ditambahkan serbuk
amonium oksalat hingga tidak larut (jenuh) b.
H2SO4
50 mL dari 95% menjadi 4N ·
H2SO4 dipipet
sebanyak 5,6 mL ke labu takar 100 mL ·
Ditambahkan aquades
hingga tanda batas dan dihomogenkan c.
Pengenceran HCl 0,1 M
dari 36% dalam 100 mL ·
Sebanyak 0,85 mL HCl
36% dipipet dan dimasukkan ke labu takar 100 mL ·
Diencerkan dengan
aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan |
·
Cairan tidak berwarna ·
Padatan/serbuk putih.
Menjadi larutan putih keruh ·
H2SO4
larutan tidak berwarna ·
Volume aquades 44,4 mL.
Menjadi larutan tidak berwarna ·
HCl 36% : larutan tidak
berwarna ·
Larutan homogen,
menjadi laruan tidak berwarna |
2.
Standarisasi
KMnO4 ·
Asam oksalat 0,1N
dipipet sebanyak 5 mL ke enlenmeyer 250 mL ·
Ditambahkan 5 mL asam
sulfat, panaskan ·
Dititrasi dengan KMnO4
dalam keadaan panas |
·
Asam oksalat : larutan
tidak berwarna ·
Asam sulfat : larutan
tidak berwarna. Campuran larutan tidak berwarna ·
Larutan menjadi merah
jambu |
3.
Pengabuan
Kering ·
Sampel nasi kering
diambil dari desikator dan ditimbang dengan neraca analitik ·
Dimasukkan ke gelas
kimia 100 mL ·
Ditambahkan 20 mL HCl
encer ·
Dipanaskan selama 30
menit. Ditutup dengan kaca arloji ·
Setelah 30 menit,
diangkat dan kaca arloji dibias dengan HCl encer ·
Larutan disaring
menggunakan kertas saring ·
Filtrat dimasukkan ke
labu ukur 100mL ·
Ditambahkan aquades
hingga tanda batas, dihomogenkan ·
Dipipet sebanyak 25 mL,
dimasukkan ke gelas kimia 100 mL ·
Ditambahkan 10 mL
amonium oksalat jenuh ·
Ditambahkan 2 tetes
metil merah ·
Ditambahkan amonia 1M
hingga pH 8 ·
Ditambahkan asam asetat
1% hingga pH 5 ·
Dipanaskan hingga
mendidih ·
larutan didinginkan ·
disaring dengan kertas
saring ·
kertas saring dilubangi
·
dipipet H2SO4
4N sebanyak 2mL dipanaskan ·
dipanaskan dan aquades ·
dibilas pada kertas
saring yang telah dilubangi ·
dititrasi dengan KMnO4
0,01N |
·
sampel abu berupa
padatan berwarna hitam dengan massa 0,0048 gram ·
sampel abu dalam gelas
kimia ·
HCl encer : larutan
tidak berwarna. Abu tidak larut sempurna ·
abu tidak larut
sempurna. Larutan tidak berwarna ·
larutan tidak berwarna ·
filtrat : larutan tidak
berwarna dan residu berwarna hitam menempel pada kertas saring ·
filtrat dalam labu
takar 100 mL ·
larutan tidak berwarna ·
larutan tidak berwarna dalam gelas kimia 100
mL ·
Amonium oksalat :
larutan tidak berwarna. Campuran menjadi keruh ·
Larutan menjadi merah
muda ·
Larutan putih keruh
dengan pH 8 ·
Larutan merah muda
dengan pH 5 ·
Larutan merah muda
mendidih ·
Larutan merah muda
dingin ·
Filtrat larutan tidak
berwarna dan residu berwarna putih menempel pada kertas saring ·
Kertas saring berlubang
·
H2SO4 4N
larutan tidak berwarna dan panas ·
Air bilasan tidak
berwarna dalam kertas saring ·
KMnO4 0,001N
larutan tidak berwarna |
Ø Tabel pengamatan
Tabel 1. Volume standarisasi KMnO4
Titrasi |
Vawal |
Vakhir |
Vpakai |
1 |
0,00
mL |
2,50
mL |
2,10
mL |
2 |
2,50
mL |
5,40
mL |
2,9
mL |
Vrata-rata |
2,70
mL |
Tabel 2. Volume titrasi
pertama KMnO4
Titrasi |
Vawal |
Vakhir |
Vpakai |
1 |
3,0
mL |
5,9 mL |
2,9
mL |
Tabel 3. Volume titrasi
kedua KMnO4
Titrasi |
Vawal |
Vakhir |
Vpakai |
2 |
5,9
mL |
9,8
mL |
3,9
mL |
V.
Perhitungan
dan Persamaan Reaksi
1. Pembuatan
larutan
·
H2SO4 4N
95% dalam 50 mL
·
HCl 36% 0,1M dalam 100 mL
V1.M1
= V2.M2
= 0,8 mL
2. Penentuan
konsentrasi KMnO4
3. Penentuan
kadar mineral kalsium
=
3,9 mL. 0,0185M. 20 . 100 mL . 100
25
mL . 5, 0756 gram
=
113, 7205
·
Persamaan reaksi
MnO4-
(aq) + 8H+ + 5eà
Mn2+ (aq) + 4H2O (l)
MnO4-
(aq) + 4H+ (aq) + 3e à
MnO2 (aq) +2H2O(l)
MnO4-
(aq) + 2H2O(l) +3e à
MnO2 (aq) + 4OH- (aq)
5H2C2O4(aq)
+ 2KMnO4 (aq) + 5H2SO4(aq) à
K2SO4 (aq) + 2MnSO4(aq) +8H
CaCO3(aq)
+ (NH4)2C2O4(aq) à
CaC2O4(s) + (NH4)2CO3(aq)
2MnO4-
(aq) + 10Cl-(aq) + 16H+(aq) à
2 Mn+ (aq) + SCl2(aq)
CaC2O4(aq)
+ H2SO4(aq) à
H2C2O4(aq) + CaSO4(aq)
2MnO4-(aq)
+ 5H2C2O4(aq) + 6H+ à
2 Mn2+ (aq) + 10CO2 (aq)
VI.
Pembahasan
Unsur mineral dikenal sebagai zat organik
atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi
zat anorganiknya tidak, maka dari itu disebut abu. Abu merupakan residu organik
dari hasil pembakaran atau hasil oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar
abu ada hubungannya dengan kandungan mineral suatu bahan pangan.
Pengukuran kadar abu bertujuan untuk
mengetahui besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam bahan pangan. Selain
itu, kadar abu dari suatu bahan pangan biasanya menunjukkan kadar mineral,
kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Penentuan kadar abu
dengan cara kering memiliki prinsip yaitu, mengoksidasi semua zat organik pada
suhu tinggi yaitu 500-600oC dan kemudian dilakukan penimbangan zat
yang tertinggal setelah proses pembakaran. Pemanasan mengakibatkan gliserol
alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi
besar dan dapat mempercepat proses oksidasi.
Pada praktikum kali ini, bahan yang
digunakan untuk analisis kadar mineral yaitu nasi putih yang sebelumnya telah
dilakukan analisis kadar abu dengan menggunakan metode tanur, dimana akan
mengoksidasi zat organik dengan bantuan suhu yang tinggi sehingga akan
mengakibatkan sampel kering dan berubah menjadi abu. Abu tersebut akan
dianalisis dengan menentukan kadar mineral dari sampel nasi putih tersebut.
Sampel abu nasi putih dengan massa 0,0048 gram. Didapatkannya berat sampel yang
sedikit, dikarenakan nasi mudah mengering apabila dipanaskan pada suhu yang
tinggi. Kemudian dilakukan penambahan HCl 50 ml ke dalam gelas kimia yang
berisi abu karena pada prinsipnya untuk menentukan kandungan mineral yang
merupakan bahan anorganik maka bahan organik di oksidasi dengan bantuan
campuran asam pengoksidasi yang kuat yang di didihkan secara bersamaan dengan
cara ditutup menggunakan kaca arloji untuk menghindari terbentuknya bau gas
akibat pemanasan. Kaca arloji setelah proses pemanasan dibilas mengguankan HCl
untuk membilas sisa-sisa hasil pemanasan yang menempel. Penyaringan dilakukan
untuk memisahkan residu dengan filtrat dan sekaligus menyaring kotoran yang
dapat menganggu jalannya proses analisa.
Pada filtrat dimasukkan ke gelas ukur 100
mL dan kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan.
Penambahan aquades ini berfungsi untuk mengurangi terbetuknya konsentrasi yang
tinggi pada larutan. Kemudian dipipet 25mL dan dilakukan penambahan ammonium
oksalat dimaksudkan agar pada saat analisis kalsium dapat dilakukan berdasarkan
sifat ion kalsium yang mampu diendapkan dengan ammonium oksalat dan membentuk
endapan kalsium oksalat. Penambahan ammonia oksalat membuat larutan menjadi
berwarna kekuningan.
Ditambahkan indikator metil merah sebanyak
2 tetes untuk mengetahui perbedan sifat suasana dalam larutan tersebut. Pada
saat penambahan metil merah, larutan berubah menjadi merah muda yang
menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat asam. Kemudian ditambahkan amonia
untuk membuat larutan menjadi basa yaitu pada pH 8. Larutan ditambahkan etil
asetat untuk memberi suasana asam pada lautan yaitu di pH 5.
Dilakukan pemanasan pada larutan hingga
mendidih untuk menguapkan pengotor yang masih tertinggal didalam larutan.
Didingikan dan kemudian disaring untuk memisahkan resitu dengan filtrat. Kertas
saring dilubangi dan kemudian dibilas menggunakan H2SO4 encer panas dan aquades panas. Hal ini untuk
memastikan bahwa larutan terbebas dari HCl. H2SO4 digunakan
sebagai pelarut dan pengasam karena sifat kalsium oksalat lebih larut dalam
asam sulfat dibandingkan dengan asam lemah. Selain itu H2SO4
tidak bereaksi dengan permanganat. H2SO4 panas bertujuan
agar mempercepat reaksi dengan kalium permanganat yang berjalan dalam suhu
ruang.
Penentuan kadar mineral menggunakan KMnO4
0,01N sebagai titran. Titran yang digunakan untuk menentukan kadar harus
larutan baku primer. Karena larutan KMnO4 0,01N merupakan larutan
baku sekunder, maka sebelum digunakan harus distandarisasi terlebih dahulu.
Standarisasi KMnO4 0,01N dengan larutan baku primer asam oksalat
0,1N dan diperoleh konsentrasi larutan baku KMnO4 0,01N hasil
standarisasi sebesar 0,0185N.
Kemudian dilakukan titrasi pada larutan
dengan KMnO4 0,01N. Setelah dilakukan titrasi diperoleh larutan
merah muda permanen. MnO4- akan berubah menjadi MnO2+ dalam
suasana asam dan akan membentuk warna merah muda pada titik akhir titrasi Kemudian
kertas saring dimasukkan ke larutn dan menghasilkan larutan tidak berwarna dan
setelah ditrasi kembali menghasikan larutan merah muda.
Dari percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh kadar mineral dari sampe abu nasi putih sebesar 113,7205 Mg Ca/100 g.
Hasil yang diperoleh cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa kadar mineral pada
nasi putih cukup besar.
VII.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
·
Kadar mineral yang
diperoeh sebesar 113,7205 Mg Ca/100 g
·
Konsentrasi KMnO4
0,01N hasil standarisasi sebesar 0,0185N
VIII.
Daftar
Pustaka
·
Anonim. 2018. Modul Praktikum Kimia Pangan. Bandung:
UIN SGD Bandung.
·
Apriyanto, 1989. Analisis Pangan. Bogor: IPB.
·
Siti, 2008. Laporan Kadar Abu.
diakses pada 26 Maret 2018 pukul 18.05 WIB
·
Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan
Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta : Liberty.
·
Winarno, F.G, 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia.
Komentar
Posting Komentar